Keripik dan Tepung umbi Porang
Pengolahan umbi iles-iles menjadi
produk kering merupakan salah satu upaya untuk menekan aktifitas enzim yang
merusak mannan. Manan di dalam umbi
iles-iles harus dipertahankankuantitas dan kualitasnya karena mannan ini
merupakan komponen paling berharga yang terkandung dalam umbi iles-iles. Produk
kering umbi iles-iles (antara lain kripik dan tepung) juga merupakan
bentuk olahan yang lebih tahan disimpan, sehingga memudahkan
transportasi, penanganan dan pendayagunaan selanjutnya.
Untuk mengubah umbi segar menjadi
produk kering (khusus kripik ), umbi harus diiris tipis-tipis(0.5 ± 1.0 cm)dengan
arah pengirisan tetap. Bila tebal irisan lebih kecil daripada 0.5 cm menyebabkan
umbi akan lengket pada alas tempat pengering, sehingga
menyulitkan pengambilan kripik yang dihasilkan. Sedangkan bila tebal
irisan melebihi 1.0 cm, menyebabkan proses pengeringan berjalan lambat dan
kripik yang dihasilkan kurang baik. Kripik iles-iles inisesungguhnya merupakan
suatu produk yang nantinya digunakan lebih lanjut untuk bahanmakanan atau bahan
industri dan pihak pengimpor bagian besar juga menghendaki iles-iles dalam
bentuk kripik.
Untuk memperoleh kripik yang baik
diperlukan beberapa persyaratan, antara lain umbi segar yang bermutu baik,
perlakuan pendahuluan yang baik, tebal irisan yang tepat dan seragam,teknik
pengeringan yang intensif. Pendahuluan disini adalah dilakukan sebelum
umbidikeringkan. Untuk tujuan bahan makanan, perlakuan pendahuluan dimaksudkan
untuk mengurangi jumlah rafida penyebab rasa gatal (kristal kalsium
oksalat berbentuk jarum)danalkaloid penyebab rasa pahit, yaitu konisin
(conicine). Sedangkan untuk tujuan bahan bakuindustri, perlakuan pendahuluan
dimaksudkan untuk mempertahankan mannan, baik kuantitasmaupun kualitasnya
sebelum mannan tersebut diekstrak dari umbi iles-iles.
Perlakuan pendahuluan yang umum
dilakukan adalah perendaman irisan umbi di dalam air.Perlakuan ini tidak dapat
menahan terjadinya pencoklatan pada kripik yang dihasilkan dan bahansering
menyebabkan penampakan kripik kurang menarik karena warna tidak seragam
(bercak- bercak ). Keadaan ini menyebabkan kripik iles-iles Indonesia
sering ditolak oleh negara pengimpor. Untuk mengatasi masalah tersebut di
atas, sebaiknya digunakan larutan garam dapur 5 persen sebagai larutan
perendamnya.
Fungsi garam dapur disini selain mencegah
terjadinya pencoklatan dan penyeragam warna, juga sebagai penetral alkaloid, mempercepat pelarutan kalsium
oksalat dan memperpanjang masa simpan kripik maupun tepung iles-iles
yangdihasilkan.Pengeringan irisan umbi yang telah diberi perlakuan pendahuluan
dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu cara penjemuran dan cara pengeringan
buatan. Kedua cara pengeringan tersebut membawa keuntungan dan kerugian
masing-masing. Cara dan sistem pengeringan berpengaruh terhadap mannan.
Cara penjemuran sifatnya lebih
murah, mudah dan sering digunakan, tetapi memerlukan waktuyang lebih lama dan
bergantung pada cuaca. Sedangkan cara pengeringan buatan sifatnya lebihmahal,
tetapi jalannya proses dapat dikendalikan , sehingga kripik yang dihasilkan
bermutu relatif baik.Bila tebal irisan umbi 0.2 cm memerlukan waktu 16 jam
dengan mempergunakan alat pengeringoven pada suhu 70 oC. Sedangkan bila
digunakan cara penjemuran untuk ketebalan irisan umbi0,5 ± 1,0 cm memerlukan
waktu 30 jam efektif. Sebagai tanda bahwa kripik iles-iles telah kering dan
siap digiling (ditumbuk ) adalah bila kripik tersebut dipatahkan akan berbunyi ³krek´ atau bila kadar air kripik sekitar 12
persen berat basah. Pada kondisi tersebut diperkirakan semua mikroba tidak
dapat tumbuh dan enzim-enzim sudah tidak efektif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar